07 September 2008

MEM-PARTISI HARD DISK

Seorang kawan saya menelepon dan meminta tolong pada saya untuk melakukan tuning pada komputer-nya yang katanya sekarang menjadi sangat lambat, “untuk masuk ke Windows saja harus saya tinggal ke WC dan buang hajat besar dulu, baru Windowsnya muncul”, begitu katanya. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa saat tidak melakukan apa-apa, cuma baca file saja lampu Hard Disk nya (LED indikator) menyala, kemudian pada saat melakukan scrolling (menggulung layar) ke bagian bawah halaman dokumen yang sedang dibacanya, lampu HD nya menyala dan berkedip kedip semakin gencar, selain itu scrolling yang dia lakukan terpatah patah, memerlukan waktu beberapa saat sebelum ahirnya layar dapat di scrolling kebawah, “komputer gua jadi berat banget kenapa ya ?, padahal memorinya baru gua tambah jadi 2 giga, hard disknya 160 Giga apa masih kurang gede ?, trus VGA nya udah gua ganti sama GeForce 8800 GTS dan power suplainya gua pake Corsair yang 520 Watt, atawa komputer gua kena virus apa ?”, tambahnya bertubi-tubi.

Saya segera meluncur kerumahnya karena tidak mampu memberikan jawaban yang eksak serta melakukan analisis akan permasalahan yang terjadi pada komputernya melalui telepon.


Setiba di rumahnya saya disambut dengan wajah muram dan kening berkerut dalam sampai lima lipatan, sambil mendengar kicau ceritanya, omelan-omelannya, dan kadang-kadang diseling oleh sumpah serapahnya kepada toko tempat dia membeli perangkat komputer tersebut, saya periksa komputernya yang bermasalah tersebut. Memang benar, melakukan booting untuk masuk ke Windows saja membutuhkan waktu lebih dari 2 menit, waktu booting yang sangat sangat lama menurut saya sebab setahu saya waktu booting yang ideal untuk komputer milik teman saya dengan konfigurasi perangkat keras (hardware) yang termasuk kedalam kategori “High End” alias PC kelas papan atas cukup dengan hanya 10 s/d 15 detik saja !.

Saya buka Casing nya untuk memeriksa konektor Hard disk yang terpasang didalamnya apakah ada yang longgar atau tidak, memeriksa perangkat-perangkat keras lainnya (VGA dan Memori) apakah sudah tertancap di slot motherboard-nya dengan benar, yeeah semuanya oke oke saja nothing wrong, lantas apa dong ?

Selanjutnya saya lakukan scan untuk melacak kemungkinan apakah komputernya sudah terinfeksi oleh virus/ spyware atau tidak, proses scan yang saya lakukan tersebut memakan waktu lebih dari 2 jam !, teman saya sempat tertidur selama waktu tersebut (maklum lagi puasa) sementara saya sendiri duduk menatap layar komputer menunggu dengan khusyu sampai proses scanning tersebut selesai. Hasilnya ? …… komputer-nya sehat sehat saja alias bersih tidak ada virusnya.

Ahirnya saya berhasil menemukan masalahnya saat masuk ke Windows Explorer, ternyata Hard disk-nya yang berkapasitas 160 Gb itu tidak di partisi sama sekali !, jadi yang terbaca di Windows Explorer cuma drive C saja. Hard disk tersebut selain berisikan sistem operasi Windows, juga dijejali oleh berbagai program aplikasi, data-data lagu MP3 dan file-file gambar/ foto dan dokumen-dokumen. Wah ……. Sangat riskan menurut saya !, sebab resiko kehilangan data-datanya yang berharga sangat besar, sekalipun Katakanlah teman saya itu rajin melakukan backup data sehingga sekalipun dilakukan install ulang Windows pada hard disk-nya dengan cara yang sama, maksudnya hard disk yang berkapasitas besar tersebut tidak di partisi, maka kinerja komputer teman saya tersebut tidak akan pernah optimal, teman saya akan tetap ngomel-ngomel ketika sedang menggunakan komputernya yang lelet dan terengah-engah.


Apa sih sebenarnya partisi itu, lalu mengapa hard disk musti di partisi ?

Pada saat anda melakukan download file dari internet, meng-install program/ aplkasi pada komputer anda, meng-copy dan menyimpan file-file lagu MP3, movie, gambar (foto) dan melakukan saving (menyimpan) dokumen teks dan lain lain, anda telah menjejali drive C yang tidak di partisi itu dengan file-file atau program-program aplikasi tersebut.

Nah … pada saat komputer teman saya itu dihidupkan, selain Windows membaca konfigurasi perangkat-perangkat keras yang terpasang beserta driver-nya, program-program aplikasi yang terinstall, Windows juga turut membaca file-file data hard disk padahal file-file data tersebut tidak perlu ikut dibaca oleh Windows karena tidak ada hubungannya dengan konfigurasi sistem. Demikian pula saat bekerja dengan program aplikasi atau sekalipun tidak ada aktivitas yang dilakukan, cuma membaca saja seperti yang dilakukan oleh teman saya itu, windows pada interval waktu tertentu melakukan update cache pada hard disk, dan itu ditandai dengan menyalanya lampu indikator Hard Disk. Jadi setiap kita melakukan aktivitas tertentu pada komputer, misalkan menjalankan program aplikasi atau bahkan cuma sekedar melakukan scrolling/ menggulung layar ke bawah atau keatas, Windows akan dengan segera membaca seluruh isi hard disk sekaligus melakukan update caching pada hard disk. Windows menganggap Drive C adalah “wilayah kekuasaannya” sehingga apapun yang terdapat disitu pasti akan selalu diperiksa dan diproses oleh Windows sekalipun tidak ada hubungannya dengan sistem operasi (lagi-lagi sebuah bukti bukan main bodohnya Windows). Itulah sebabnya mengapa Hard Disk C dinamakan sebagai Drve System.


Dapat anda bayangkan jika hard disk teman saya tersebut sudah dijejali program dan data terlalu banyak, bahkan hampir penuh seperti halnya milik teman saya tersebut, dimana hard disknya hanya bersisa 15% saja (kira kira 20 Gb), bukan main beratnya kerja Windows !. Windows harus menjelajahi seluruh isi hard disk yang berkapasitas cukup besar milik teman saya tersebut, belum lagi Windows sendiri memerlukan sejumlah kapasitas untuk keperluan membuat virtual memory, yang biasa disebut file temporer (temporary file), dalam kasus yang terjadi pada komputer teman saya, karena ruang yang tersedia untuk menampung file temporary yang dibuat oleh Windows relatif sudah tidak ada, maka windows sepenuhnya mengandalkan RAM saja karena sudah tidak bisa menggunakan hard disk untuk membuat virtual memory, ini mengakibatkan data data yang belum diproses harus menunggu sampai data yang sedang diproses sebelumnya selesai, data-data yang belum diproses tersebut terpaksa harus ngantri menunggu giliran untuk diproses, dan lama atau jangka waktunya tergantung dari banyaknya data yang harus diproses oleh komputer. Itulah sebabnya mengapa kerja Windows menjadi sangat lambat. Menambah kapasitas RAM (memori) ditambah dengan mengganti prosesor ke kelas Core 2 Extreeme yang berharga diatas 10 juta sekalipun tidak akan pernah menyelesaikan masalah selama hard disk teman saya itu belum di partisi. Kemungkinan terburuk yang bisa terjadi yaitu apabila komputer milik teman saya tersebut sampai terjangkit oleh virus, maka dipastikan komputer milik teman saya tersebut akan hang atau mengalami crash sehingga terjadi blue screen. Kalau sudah demikian halnya maka tidak ada jalan lain kecuali memformat dan melakukan install ulang Windows, bagaimana dengan data-data didalamnya ?, yaa goodbye…… kecuali kalau teman saya itu rajin melakukan backup pada data-data nya.


Akan menjadi lain cerita nya apabila file-file data teman saya itu ditempatkan pada drive lain secara terpisah (dalam hal ini di partisi lain). Tanpa perangkat keras yang mahalpun Windows akan memiliki kinerja yang optimal dan dapat berjalan dengan cepat yang akan membuat teman saya dapat berkomputer dengan nyaman dan menyenangkan. Dengan rasa nyaman dan senang karena kinerja komputer yang baik, produktivitas pengguna komputer pun akan meningkat.


Sekarang yang menjadi pertanyaan, apakah sebenarnya partisi pada hard disk itu ?, saya anda semua telah sangat sering mendengar dan akrab dengan kata itu, tapi belum tentu semua apalagi pengguna yang masih sangat awam mengetahuinya, terutama maksud dan tujuan teknis perlunya dibuat partisi pada hard disk.


Membuat partisi pada hard disk berarti memecah atau membagi kapasitas sebuah hard disk menjadi beberapa kapasitas yang lebih kecil yang kapasitasnya bergantung pada kebutuhan pemakai komputer.


Misalnya, kapasitas hard disk teman saya yang berkapasitas 160 Gb itu dibagi menjadi dua partisi, maka kita akan melihat melalui Windows Explorer atau My Computer seolah-olah ada dua buah hard disk meski secara fisik hard disk tersebut Cuma ada satu. “Kedua” Hard tersebut masing-masing bernama C dan D.


Untuk mudahnya, pembuatan partisi pada hard disk dapat di-umpamakan dengan membagi sebuah kamar tidur yang luas menjadi dua atau lebih kamar tidur dengan menggunakan partisi berupa dinding pemisah dari kayu, atau folding door (pintu lipat), sehingga pengguna kamar tidur itu tidak akan saling mengganggu dan memiliki privacy masing-masing, pengguna kamar tidur yang satu tidak perlu mengetahui aktivitas apa yang sedang dilakukan oleh pengguna kamar tidur lainnya, semuanya independent (masing-masing/ tidak saling berhubungan). Dalam analogi atau perumpamaan ini ruang tidur tersebut ada dua buah atau lebih, namun secara fisik sebenarnya ruang tidur tersebut cuma ada satu saja.


Demikian pula halnya dengan partisi pada hard disk, kapasitas hard disk yang demikian besar itu dibagi menjadi beberapa bagian yang lebih kecil, partisi hard disk bisa dibuat sampai beberapa buah semau kita sesuai dengan maksud/ tujuan, peruntukkan dan kebutuhan pengguna komputer akan seberapa besar kapasitas masing-masing partisi.


Nah kembali kepada teman saya dengan komputernya yang bermasalah tadi, setelah saya melakukan backup pada data-data nya dengan puluhan keping DVD-RW (pekerjaan ini juga memakan waktu yang sangat lama dan mengesalkan). Saya “membabat” habis hard disknya dengan melakukan install ulang Windows pada komputer-nya. Berdasarkan kebutuhannya, saya membagi hard disk nya menjadi 5 buah partisi sebagai berikut :


Partisi I (Drive C:\), sebesar 40 Gb. Untuk Windows dan program aplikasi


Partisi II (Drive D:\), sebesar 30 Gb. Untuk file lagu MP3


Partisi III (Drive E:\), sebesar 40 Gb. Untuk penyimpanan data-data dokumen dan file-file pekerjaan lainnya


Partisi IV (Drive F:\), sebesar 40 Gb. Untuk penyimpanan file-file gambar dan foto


Partisi V (Drive G), kurang lebih 10 Gb. Untuk file Temporary yang dibuat oleh Windows sebagai virtual memori untuk mencegah terjadinya antrian data saat Windows melakukan pemrosesan data. Mengenai alasan mengapa file temporary ini sengaja saya pisahkan, akan saya jelaskan pada postingan tersendiri pada kesempatan lain.


Perlu diketahui, penetapan angka-angka kapasitas pada hard disk yang saya partisi sebagaimana diatas bukan suatu patokan mutlak, besarnya kapasitas yang diperlukan sangat bergantung pada kebutuhan anda sendiri. Jika file MP3 anda sangat banyak, mungkin anda akan memperbesar kapasitas Drive D, atau jika anda tidak terlalu banyak meng-install program aplikasi, maka barangkali anda merasa cukup dengan kapasitas sebesar 15 atau 20 Gb. Saja.


Demikian pula halnya dengan peruntukkan atau penamaan masing-masing drive, itupun bergantung sepenuhnya pada selera dan keinginan anda, misalnya, mungkin anda ingin ada partisi yang berisikan file-file Video atau film atau apapun lainnya, sekali lagi semuanya tergantung dari anda.


Dengan mem-partisi hard disk sesuai dengan kebutuhan maka banyak manfaat yang dapat anda rasakan dalam berkomputer, pertama, anda akan lebih mudah mencari data yang anda perlukan berdasarkan jenis datanya (mis data gambar/ foto) karena seluruh data-data yang anda perlukan tersebut ditempatkan dalam partisi tersendiri, kedua, kerja Windows menjadi ringan dan otomatis juga cepat karena Windows tidak perlu melakukan pembacaan pada file-file yang tidak perlu, yang tidak ada hubungannya dengan sistem operasi, ketiga, misalnya windows terinfeksi virus sehingga harus dilakukan install ulang, maka data data yang terdapat di partisi lain akan selamat karena tidak ikut di otak-atik, ini akan sangat menghemat waktu sebab selain menghemat waktu dengan hanya melakukan install ulang Windows plus program-program yang diperlukan, pada saat kita membuat backup drive C dengan Norton Ghost misalnya, waktu backup menjadi lebih singkat dan kapasitas backup pun tidak akan memakan ruang/ space yang terlalu besar, hanya diperlukan paling banyak 2 atau 3 keping DVD RW untuk keperluan backup tersebut. Demikian pula halnya jika kita melakukan restore pada saat jalannya Windows sudah tidak stabil atau terinfeksi virus, proses restoring dari backup anda akan menjadi lebih singkat, paling lama Cuma 7 menit-an.


Mengenai backup dengan Norton Ghost ini, juga akan saya bahas pada postingan tersendiri di kesempatan lain.


Setelah instalasi Windows, program aplikasi, me-restore data dari keping backup DVD RW nya, melakukan Tuning dan tweaking saya pulang, total waktu saya untuk membereskan problem komputer teman saya 14 jam ! (dari jam 10 pagi s/d jam 12 malam).


Keesokan harinya teman saya menelepon dan mengatakan bahwa sisa ruang Hard disknya yang berisi Windows (Drive C:\) tinggal 1 Gb. tetapi kinerja windows nya tidak menurun demikian juga dengan kecepatan dan stabilitasnya. Dia sangat berterima kasih dan bermaksud membeli Hard Disk berkapasitas 320 Gb. dari saya, he he he lumayan rejeki…!

ANDA MAU DIKEJAR UANG PANAS ?

lowongan kerja di rumah